Juni 20, 2009

JANGAN PERNAH MENUKAR KEBAHAGIAN DENGAN KEMEWAHAN

Zaman dahulu kala, hiduplah seorang Raja. Raja ini seharusnya puas dengan
kehidupannya, dengan segala harta benda dan kemewahan yang ia miliki.
Tapi Raja ini tidak seperti itu. Sang Raja selalu bertanya-tanya mengapa ia
tidakpernah puas dengan kehidupannya. Tentu saja, ia memiliki perhatian semua
orang kemana pun ia pergi, menghadiri jamuan makan malam dan pesta yang
mewah, tetapi, ia tetapi merasa ada sesuatu yang ku rang dan ia tidak
tahu apa sebabnya.

Suatu hari, sang Raja bangun lebih pagi dari biasanya dan memutuskan
untuk berjalan-jalan di sekitar istananya. Sang Raja masuk ke dalam ruang
tamunya yang luas dan berhenti ketika ia mendengarkan seseorang bernyanyi dengan
riang... dan perhatiannya tertuju kepada salah satu pembantunya. .. yang
bersenandung gembira dan wajahnya memancarkan sukacita serta kepuasan.
Hal ini menarik perhatian sang Raja dan ia pun memanggil si hamba masuk ke
dalam ruangannya.

Pria ini, si hamba, masuk ke dalam ruangan sang Raja seperti yang telah
diperintahkan. Lalu sang Raja bertanya mengapa si hamba begitu riang
gembira. Kemudian, si hamba menjawab, "Yang Mulia, diri saya tidaklah
lebih dari seorang hamba, namun apa yang saya peroleh cukup untuk menyenangkan
istri dan anak-anak saya. Kami tidak memerlukan banyak, sebuah atap di
atas kepala kami dan makanan yang hangat untuk mengisi perut kami. Istri dan
anak-anak saya adalah sumber inspirasi saya, mereka puas dengan apa yang
bisa saya sediakan walaupun sedikit. Saya bersukacita karena mereka
bersukacita. "

Mendengar hal tersebut, sang Raja menyuruh si hamba keluar dan kemudian
memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan.Sang Raja berusaha
mengkaji perasaan pribadinya dan mengkaitkan dengan kisah yang baru saja
didengarnya, berharap dirinya dapat menemukan suatu alasan mengapa ia
seharusnya dapat merasa puas dengan apa yang dapat diperoleh dengan
sekejap tetapi tidak, sedangkan hambanya hanya memperoleh sedikit harta tetapi
memiliki rasa kepuasan yang besar. Dengan penuh perhatian, sang asisten
pribadi mendengarkan ucapan sang Raja dan kemudian menarik kesimpulan.
Ujarnya, "Yang Mulia, saya percaya si hamba itu belum menjadi bagian dari
kelompok 99." "Kelompok 99? Apakah itu?" tanya sang Raja. Kemudian, sang
asisten pribadi menjawab, "Yang Mulia, untuk mengetahui apa itu Kelompok
99, Yang Mulia harus melakukan hal ini... letakkan 99 koin emas dalam sebuah
kantung dan tinggalkan kantung tersebut di depan rumah si hamba, setelah
itu Yang Mulia akan mengerti apa itu Kelompok 99."

Sore harinya, sang Raja mengatur agar si hamba memperoleh kantung yang
berisi 99 koin emas di depan rumahnya. Walaupun ada sedikit keraguan
mucul, dan sang Raja ingin memberikan 100 koin emas, namun ia menuruti nasihat
si asisten pribadi dan tetapi meletakkan 99 koin emas.

Esok harinya, ketika si hamba baru saja hendak melangkahkan kakinya
keluar rumah, mat anya melihat sebuah kantung. Bertanya-tanya dalam hatinya, ia
membawa kantung itu masuk ke dalam dan membukanya. Ketika melihat begitu
banyak koin emas di dalamnya, ia langsung berteriak girang. Koin emas...
begitu banyak! Hampir ia tidak percaya. Kemudian ia memanggil istri dan
anak-anaknya keluar memperlihatkan temuannya. Si hamba meletakkan kantung
tersebut di atas meja, mengeluarkan seluruh isinya dan mulai menghitung.
Hanya 99 koin emas, dan ia pun merasa aneh. Dihitungnya kembali, terus
menerus dan tetap saja, hanya 99 koin emas. Si hamba mulai
bertanya-tanya, kemanakah koin yang satu lagi? Tidak mungkin seseorang hanya meninggalkan
99 koin emas. Ia pun mulai menggeledah seluruh rumahnya, mencari koin yang
terakhir. Setelah ia merasa letih dan putus asa, ia memutuskan untuk
bekerja lebih keras lagi untuk menggantikan 1 koin itu agar jumlahnya genap 100
koin emas..

Keesokan harinya, ia bangun dengan suasana hati yang benar-benar tidak
enak, berteriak-teriak kepada istri dan anak-anaknya, tidak menyadari bahwa ia
telah menghabiskan malam sebelumnya dengan bekerja keras agar ia mampu
membeli 1 koin emas. Si hamba bekerja seperti biasa, tetapi tidak dengan
suasana hati yang riang, bersiul-siul seperti biasanya. Dan si hamba pun
tidak menyadari bahwa sang Raja memperhatikan dirinya ketika ia melakukan
pekerjaan hariannya dengan bersungut-sungut.

Sang Raja bingung melihat sikap si hamba yang berubah begitu drastis,
lalu memanggil asisten pribadinya masuk ke dalam ruangan. Diceritakan apa yang
telah dilihatnya dan si asisten pribadinya tetap mendengarkan dengan
penuh perhatian. Sang Raja bertanya, bukankah seharusnya si hamba itu lebih
riang karena ia telah memiliki koin emas.

Jawab si asisten,"Ah. . tetapi, Yang Mulia, sekarang hamba itu secara
resmi telah masuk ke dalam Kelompok 99." Lanjutnya, "Kelompok 99 itu hanyalah
sebuah nama yang diberikan kepada orang-orang yang telah memiliki
semuanya tetapi tidak pernah merasa puas, dan mereka terus bekerja keras mencoba
mencari 1 koin emas yang terakhir agar genap 100 koin emas. Kita harusnya
merasa bersyukur dengan apa yang ada, dan kita bisa hidup dengan sedikit
yang kita miliki. Tetapi ketika kita diberikan yang lebih baik dan lebih
banyak, kita menghendaki lebih! Tidak menjadi orang yang sama lagi, yang
puas dengan apa yang ada, tetapi kita terus menghendaki lebih dan lebih
dan memiliki keinginan seperti itu kita membayar harga yang tidak kita pun
sadari. Kehilangan waktu tidur, kebahagiaan, dan menyakiti orang-orang
yang berada di sekitar kita hanya untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan kita
sendiri. Orang-orang seperti itulah yang tergabung dalam Kelompok 99!"

Mendengar hal itu, sang Raja memutuskan bahwa untuk selanjutnya, ia akan
mulai menghargai hal-hal yang kecil dalam hidup.

Sahabat, berusaha untuk memiliki lebih itu bagus, tetapi jangan berusaha
terlalu keras sehingga kita kehilangan orang-orang yang dekat dengan
kita, jangan pernah menukar kebahagiaan dengan kemewahan!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar